(Perjalanan Panjang Meraih Impian.. Berani dan Bicara untuk Suatu Kompetisi)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sekitar abad ke-19 sampai abad ke-20, perempuan belum bebas untuk mendapatkan pendidikan formal dikarenakan banyaknya tekanan yang dialami perempuan. Hal tersebut terjadi karena adanya persepsi bahwa perempuan sepenuhnya hanya berkewajiban mengurus rumah tangga tanpa perlu meraih prestasi atau pendidikan yang tinggi. Seorang tokoh bernama Kerstan (dikutip Sunarto, 2004) menyatakan bahwa peran gender tidak bersifat biologis, melainkan dikonstruksikan secara sosial. Peran gender dapat berubah karena peran gender dipelajari melalui sosialisasi.
Perubahan peran gender perempuan di Indonesia dimulai dari keberanian Raden Ajeng Kartini untuk menegakkan penyamarataan hak pendidikan antara perempuan dan laki-laki. Kerja keras Raden Ajeng Kartini dalam mencapai kebebasan bagi wanita dalam pendidikan mulai terlihat setelah akhir abad 20, dalam masa itulah beliau memperjuangkan hak-hak perempuan dalam mencapai pendidikan agar sama seperti laki-laki. Hasil dari perjuangan tersebut dapat terlihat dari semakin banyaknya perempuan yang memperoleh kesuksesan dalam bidang pendidikan formal pada zaman sekarang, seperti mulai banyaknya perempuan yang mencapai pendidikan tinggi baik S1, S2, Doktor, maupun profesor. Pada tahun 2009 ini, telah dikukuhkan tiga guru besar perempuan Universitas Indonesia, yaitu Sulistyowati Irianto, Uswatun Hasanah, dan Rosa Agustina. Pengukuhan tersebut dapat menjadi salah satu bukti eksistensi perempuan Indonesia di bidang pendidikan. Selain itu, beberapa perempuan usia muda juga telah cukup sukses dengan mengembangkan pendidikan, menjadi fasilitator dalam pendidikan dan berkarya di kancah internasional, salah satu contoh adalah Liza Munira yang sukses di kancah pendidikan.
Rumusan Masalah
1) Bagaimanakah gambaran persepsi perempuan terhadap peran gender perempuan Indonesia dalam bidang pendidikan?
2) Bagaimanakah perbandingan persepsi perempuan terhadap peran gender pada perempuan Indonesia berdasarkan usia?
3) Bagaimanakah perbandingan persepsi perempuan terhadap peran gender pada perempuan Indonesia berdasarkan profesi?
Tujuan Penelitian
Tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui gambaran pandangan perempuan Indonesia mengenai peran gender; (2) untuk mengetahui perubahan peran gender pada perempuan Indonesia berdasarkan usia; (3) untuk mengetahui perubahan peran gender pada perempuan Indonesia berdasarkan profesi.
Manfaat Penelitian
Manfaat teoretis dari penelitian ini adalah untuk membantu mengembangkan ilmu, terutama ilmu dalam psikologi sosial, psikologi wanita, psikologi pendidikan, dan sosiologi.
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah: (1) memberikan gambaran kepada masyarakat bahwa pendidikan tidak hanya bermanfaat untuk laki-laki, tetapi juga untuk perempuan; (2) mendorong kesempatan bagi perempuan Indonesia untuk menempuh pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi; (3) menjadi acuan bagi perempuan Indonesia untuk bersedia menyekolahkan anak perempuannya ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi; serta (4) masyarakat dapat memberikan dukungan sosial dan usaha yang tepat terhadap gerakan kesetaraan gender.
LANDASAN TEORETIS
Persepsi merupakan proses mengetahui objek dan kejadian objektif dengan bantuan alat indera. Persepsi juga dapat diartikan sebagai kesadaran intuitif mengenai kebenaran atau keyakinan tentang sesuatu (Chaplin, 2006). Setiap individu dapat memiliki persepsi yang berbeda, misalnya dalam hal peran gender. Gender merupakan konstruksi sosial yang diberikan pada manusia, seperti laki-laki atau perempuan. Peran gender meliputi kepentingan atau minat, kecenderungan, aktivitas, pekerjaan, ciri kepribadian (personality trait), dan tujuan yang hendak dicapai. Masyarakat mendemonstrasikan pengetahuan dan penerimaan terhadap peran gender mereka melalui cara berpakaian, gaya rambut, perubahan penampilan wajah, cara berbicara, dan bahasa tubuh (Shriver, Byer, Shainberg, & Galliano, 2002). Peran gender dapat dipengaruhi oleh persepsi. Secara tradisional, masyarakat masih memiliki persepsi bahwa pendidikan dasar merupakan area perempuan, sedangkan pengajaran di perguruan tinggi merupakan area laki-laki (Eagly, Wood, & Diekman, dalam Taylor, Peplau, & Sears, 2006). Salah satu jenis pendidikan adalah pendidikan formal. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, pendidikan formal didefinisikan sebagai jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi (dalam Suprijanto, 2007). Pendidikan penting untuk semua orang, baik laki-laki maupun perempuan (Yayasan Jurnal Perempuan, 2006). Akan tetapi, tidak semua perempuan mendapatkan pendidikan yang layak seperti laki-laki.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode survei. Jumlah partisipan adalah 21 orang perempuan. Kelompok usia dewasa awal (20-39 tahun) berjumlah 8 partisipan dan kelompok usia dewasa menengah (40-65 tahun) berjumlah 13 partisipan. Dari kedua kelompok usia tersebut, terdapat 8 partisipan yang berprofesi sebagai akademik (dosen) dan 13 partisipan yang berprofesi sebagai non akademik (misalnya, cleaning service, penjual makanan, pemilik toko, penjaga toko, dan ibu rumah tangga). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non-probability dengan jenis judgement sampling, yaitu sampel diambil berdasarkan pada kriteria-kriteria yang telah dirumuskan terlebih dahulu oleh peneliti.
Kriteria yang dimaksud dalam sampel tersebut pada penelitian ini adalah perempuan, termasuk ke dalam kelompok usia dewasa awal atau dewasa menengah, dan berprofesi sebagai akademik atau non-akademik. Analisis data menggunakan teknik analysis descriptive dan independent sample t-test. Peneliti menggunakan kuesioner dengan jumlah 43 butir pernyataan yang berkaitan dengan persepsi mengenai peran gender perempuan Indonesia dalam bidang pendidikan. Kuesioner tersebut menggunakan 4 skala, yaitu sangat setuju (skor=4), setuju (skor=3), tidak setuju (skor=2), dan sangat tidak setuju (skor=1).
HASIL PENELITIAN
Gambaran Persepsi Perempuan terhadap Peran Gender Perempuan Indonesia dalam Bidang Pendidikan (N=21)
Dari hasil analisis data, pada umumnya partisipan setuju bahwa pendidikan penting bagi perempuan (M=3.60, SD=0.583), perempuan layak mencapai pendidikan sama seperti pria (M=3.53, SD=0.580), dan perempuan dapat menyeimbangkan kehidupan keluarga, pendidikan, dan karir (M= 3.38, SD=0.590). Di samping itu, partisipan pada umumnya tidak setuju bahwa tenaga pengajar pria lebih berkualitas daripada tenaga pengajar perempuan (M=1.67, SD=0.658), pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan, hanya untuk laki-laki (M=1.67,SD= 0.577), dan anak perempuan seharusnya hanya mengurus rumah tangga (M=1.48,SD= 0.512).
Perbandingan Persepsi Perempuan terhadap Peran Gender Perempuan Indonesia dalam Bidang Pendidikan berdasarkan Usia (20-39 vs. 40-65)
Figure 1. Perbandingan Persepsi terhadap Peran Gender berdasarkan Usia (20-39 vs. 40-65)
Perbandingan Persepsi Perempuan terhadap Peran Gender Perempuan Indonesia dalam Bidang Pendidikan berdasarkan Profesi (Akademik vs. Bukan Akademik)
Figure 2. Perbandingan Persepsi terhadap Peran Gender berdasarkan Pekerjaan (Pendidikan vs. Bukan Pendidik)
DISKUSI DAN SARAN
Diskusi
Diskusi penelitian ini dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan hasil penelitian. Pertama, terjadi perubahan persepsi pada zaman sekarang bahwa perempuan sudah mempunyai ruang yang lebih besar untuk mencapai pendidikan tinggi dan tidak hanya berfokus pada pernikahan serta rumah tangga saja. Kedua, diskusi mengenai perbandingan persepsi perempuan terhadap peran gender perempuan Indonesia dalam bidang pendidikan berdasarkan usia (20-39 vs. 40-65). Responden dengan kelompok usia 20-39 setuju bahwa perempuan zaman dahulu lebih senang mengurus rumah tangga dibandingkan dengan perempuan zaman sekarang, sedangkan responden dengan kelompok usia 40-65 tidak menyetujuinya. Kelompok yang setuju tersebut dapat disebabkan oleh pengalaman dan pengamatannya bahwa perempuan zaman sekarang semakin banyak yang beraktivitas dalam dunia kerja walaupun sudah menikah. Selain itu, kelompok usia dewasa muda kemungkinan menganggap KDRT terjadi dikarenakan faktor lain, misalnya kepribadian atau ekonomi dan hal tersebut bertolak belakang dengan pendapat kelompok usia yang lebih tua yang melihat KDRT disebabkan karena level pendidikan. Diskusi ketiga mengenai perbandingan persepsi terhadap peran gender berdasarkan pekerjaan (akademik vs. bukan akademik). Berdasarkan hasil penelitian, terlihat adanya perubahan persepsi kaum perempuan mengenai peran gender perempuan Indonesia. Persepsi yang berubah tersebut dapat disebabkan dengan adanya realita perubahan gender wanita Indonesia pada zaman sekarang, yaitu dari tidak diperkenankan mencapai pendidikan tinggi hingga sekarang dapat menjadi pengajar yang berkualitas di dunia pendidikan.
Saran
Bagi Perempuan
1. Bersikap optimis dalam menggapai pendidikan dan pengetahuan.
2. Carilah informasi agar pengetahuan perempuan Indonesia dapat bertambah dan dapat bermanfaat untuk lingkungan perempuan Indonesia.
3. Pendidikan sangat bermanfaat untuk kaum perempuan terutama dalam hal pemahaman hukum KDRT, menunjang perekonomian keluarga, dan mencapai cita-cita untuk memajukan bangsa Indonesia, karena itu jangan membatasi diri untuk memperoleh pendidkan.
Bagi Pemerintah dan Masyarakat
1. Pemerintah sebaiknya lebih membuka kesempatan bagi kaum perempuan Indonesia untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi, misalnya dengan cara memberikan beasiswa bagi kaum perempuan Indonesia yang sukses dalam bidang pendidikan.
2. Orang tua tidak melakukan diskriminasi terhadap anak laki-laki dan anak perempuan.
3. Pihak sekolah memberikan perlakuan yang sama terhadap anak-anak didiknya, tanpa memandang gender.
4. Perempuan Indonesia diberi kesempatan yang lebih luas lagi untuk memimpin atau membuat keputusan penting dalam dunia pekerjaan, sama halnya dengan laki-laki.
Daftar Pustaka
Chaplin, J. P. (2006). Kamus lengkap psikologi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Shriver, S. P., Byer, C. O., Shainberg, L. W., & Galliano, G. (2002). Dimensions of Human Sexuality (6th ed.). NY: McGraw-Hill.
Suprijanto, H. (2007). Pendidikan orang dewasa. Jakarta: Bumi Aksara.
Taylor, S. E., Peplau, L. A., & Sears, D. O. (2006). Social psychology (12th ed.). NJ: Pearson Prentice Hall.
Yayasan Jurnal Perempuan (2006). Mendengarkan perempuan. Jakarta: Penulis.
Nama Kelompok : Fenny
Sonia Natasha Marunduh
Syella Wahyu Putri Ariyanto
Dosen Pembimbing: Naomi Sutikno, M.Pd, Psi
Debora Basaria Yulianti, M.Psi
P. Tommy Y. S. S., M.Si, Psi